Seseorang menatap keluar jendela yang basah oleh hujan

Sebuah Keputusan

Dan gema yang ditinggalkannya, berbisik dalam sunyi yang tak berkesudahan.

Jalan yang Terpilih

Ada saat-saat ketika satu pilihan, satu momen, menentukan arah seluruh sisa perjalanan. Kita berdiri di persimpangan, dibutakan oleh harapan atau didorong oleh ketakutan. Dan kita memilih. Saat itu, dunia terasa penuh kemungkinan. Namun, waktu adalah hakim yang kejam, yang menyingkap kebenaran dengan perlahan dan tanpa ampun.

Sebelumnya

Udara terasa lebih ringan. Langit tampak lebih biru. Ada melodi dalam tawa, dan janji di setiap matahari terbit. Masa depan adalah kanvas kosong yang menunggu untuk dilukis dengan warna-warna cerah.

Sesudahnya

Hening yang memekakkan. Warna-warna memudar menjadi abu-abu. Setiap sudut menyimpan bayangan dari apa yang seharusnya terjadi. Ada beban di udara, rasa kehilangan yang tak terucap untuk sesuatu yang nyaris tergenggam.

"Kata paling menyedihkan dalam kamus adalah 'hampir'. Aku hampir berhasil. Kami hampir menjadi sesuatu. Aku hampir sampai di sana."

- Anonim

"Kekecewaan adalah jurang antara ekspektasi dan realita. Semakin besar ekspektasi, semakin dalam jurang itu."

- Anonim

Dan Sekarang?

Kita hidup dengan hantu dari pilihan itu. Bukan sebagai penyesalan yang melumpuhkan, tetapi sebagai pengingat yang sunyi. Pengingat akan kerapuhan harapan, kekuatan sebuah momen, dan seni untuk terus berjalan, bahkan ketika sebagian dari diri kita tertinggal di persimpangan jalan itu.